Pernahkah kamu mendengar istilah Six Thinking Hats?
Kalau diminta membayangkan istilah tersebut, yang dipikirkan pasti enam buah topi yang dipajang berjejer atau malah judul film.
Padahal, Six Thinking Hats itu metode pengambilan keputusan, loh! Loh kok?
Nah, kali ini kita akan membahas tentang Six Thinking Hats. Metode ini bisa membantu kita dalam memecahkan suatu permasalahan dengan solusi terbaik. Seperti apa metodenya, yuk kita simak!
Apa Itu Six Thinking Hats?
TSW Training berpendapat bahwa metode Six Thinking Hats merupakan metode memecahkan permasalahan yang bisa membantu seseorang atau suatu tim dengan melihat suatu permasalahan dari berbagai perspektif.
Lebih jelasnya, metode Six Thinking Hats ini digambarkan sebagai cara mengambil keputusan yang diambil dari berbagai perspektif dan menggunakan pendekatan yang berbeda. Diharapkan hasil dari penerapan metode ini bisa memberikan hasil positif bagi seseorang atau kelompok yang menggunakan metode ini.
Intinya, Six Thinking Hats membuat seseorang atau suatu tim menemukan solusi dari suatu pertanyaan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana cara memikirkan masalah ini?”.
Metode ini diperkenalkan oleh Edward de Bono, seorang psikolog, filsuf, dan dokter asal Malta yang menulis buku dengan judul yang sama pada tahun 1985.
Awalnya, de Bono memperkenalkan metode ini untuk membantunya dalam memberikan solusi kepada lembaga pemerintah, namun ia memutuskan untuk memperkenalkan pendekatan ini untuk pemecahan masalah sehari-hari.
Metode Six Thinking Hats populer digunakan karena minim konflik yang terjadi. Metode ini mengharuskan penggunanya untuk mencoba melihat masalah dari berbagai pendekatan, kemudian fokus pada satu hal dalam satu waktu untuk berpikir untuk memecahkan masalah secara konstruktif.
Bagaimana Cara Metode Six Thinking Hats Diterapkan?
Dalam Six Thinking Hats, “topi-topi” ini dibedakan berdasarkan warna yang melambangkan suatu perspektif unik. Nah, topi-topi ini punya arti yang berbeda-beda, apa saja ya?
Baca Juga : Management Trainee – Pelejit Karir Fresh Graduate
- Topi putih
Arti topi putih adalah suci dan kemurnian. Umumnya si topi putih ini adalah seorang analis yang diharapkan bisa memberikan hasil observasinya dari pengamatan fenomena di dalam masyarakat.
Biasanya, si topi putih harus berfokus pada data dan informasi yang disediakan kemudian mempelajarinya untuk mendapatkan ilmu dari informasi tersebut.
- Topi merah
Topi merah menggambarkan emosi, sehingga si topi merah di dalam metode ini berarti ia harus memikirkan suatu permasalahan berdasarkan emosi atau intuisinya.
Maksudnya, si topi merah melihat permasalahan ini dengan kondisi emosi yang mendominasi, sehingga si topi merah dapat membayangkan seperti apa perasaannya saat menghadapi permasalahannya.
- Topi hijau
Topi hijau akrab dihubungkan dengan alam atau unik. Dari arti tersebut, maka si pemakai harus membuat solusi-solusi yang unik dan out of the box tanpa mendapatkan kritik.
- Topi kuning
Warna kuning menggambarkan optimisme dan kepercayaan diri. Maka, si pemakai topi ini bisa membuat solusi dari suatu permasalahannya dengan pendekatan optimisme.
Si topi kuning harus bisa melihat segala keuntungan dari berbagai keputusan beserta hasilnya, sehingga ia bisa menghasilkan solusi yang membuatnya terus maju walau mendapat halangan.
- Topi hitam
Berbeda dengan warna kuning yang berarti optimisme dan skeptisme, warna hitam berarti pesimisme, sehingga si topi hitam akan melihat permasalahan dari sisi buruknya.
Tujuan si topi hitam harus melihat dari sisi buruknya adalah agar ia dapat menghasilkan solusi yang dapat menghindari hal-hal negatif di kemudian hari sekaligus memperbaiki kekurangan dan risiko.
Akan tetapi, perspektif topi hitam berpotensi mendominasi cara pengambilan keputusan, jadi pastikan jangan sampai perspektif ini tidak terlalu menonjol di dalam pengambilan keputusan.
- Topi biru
Warna biru menggambarkan posisi tertinggi, sehingga si topi biru akan mengatur proses pemecahan permasalahan, makanya si pemakai topi biru umumnya adalah pemimpin diskusi.
Si topi biru bertugas untuk mengarahkan kelompok dan mengatur kegiatan diskusi agar tetap kondusif.
Dalam menggunakan metode ini, disarankan urutan topi yang digunakan agar proses diskusi berjalan lebih maksimal dan mengedepankan logika dalam pemecahan masalah adalah blue hat – white hat – green hat – yellow hat – red hat – black hat.
Apa Manfaat Six Thinking Hats?
Di samping menghasilkan minim konflik, metode Six Thinking Hats juga memberikan manfaat-manfaat untuk penggunanya, antara lain:
- Menghasilkan pemikiran yang lebih terstruktur
Dengan adanya pikiran-pikiran dari berbagai perspektif, kamu dapat lebih mudah dalam memecahkan permasalahan, apalagi ditambah dengan data-data pendukung yang mempermudah kamu dalam menentukan keputusan yang lebih akurat.
- Meningkatkan kreativitas dan soft skill
Menggunakan metode ini ternyata dapat meningkatkan kreativitas dan soft skill, loh!
Dengan metode Six Thinking Hats, kamu akan diajak keluar dari zona nyamanmu untuk melihat suatu permasalahan dari perspektif yang berbeda. Jika kamu adalah si topi hijau, maka kamu bisa sepuasnya berpikir kreatif tanpa batas.
Kemudian, dalam proses mengambil keputusan, kamu akan diminta untuk merespons rekan kerja, baik dengan memberikan pertanyaan atau jawaban maupun mendengarkan. Dari sini, kamu akan terlatih untuk beradaptasi, bernegosiasi, serta percaya diri dalam memecahkan permasalahan.
Singkatnya, secara tak langsung metode Six Thinking Hats ini melatih soft skill-mu.
- Mengasah kemampuan berpikir
Dengan metode ini juga, kamu diminta untuk berpikir kritis berdasarkan posisimu selama diskusi sehingga akan terpupuk rasa ingin tahu yang dapat membantumu dalam berpikir kritis.
- Meningkatkan inklusivitas dalam tim
Metode Six Thinking Hats mengharuskan setiap anggota tim yang menggunakan metode ini untuk berpikir hal yang sama secara bersamaan, cara ini dapat menghapus stigma tertentu.
Selain itu, segala aspek seperti aspek perasaan, logika, fakta, sampai pesimisme ada di dalam metode ini sehingga tidak ada yang terkucilkan.
Nah, sekarang kita sudah membahas tentang Six Thinking Hats secara mendalam, jadi jika kamu atau timmu menghadapi suatu permasalahan berarti kamu bisa menggunakan metode ini agar bisa menghasilkan satu solusi yang lebih efisien, lebih akurat, dan pastinya minim konflik.